Muslimat Iraq diperkosa tentera-tentera Amerika

"Mereka memeperkosaku seperti binatang!!!

Nadia adalah salah satu korban tentara Amerika di penjara Abu Ghraib. Dia ditangkap tanpa alasan. Ketika dia dibebaskan dari penjara, tidak langsung kembali ke pangkuan keluarganya sebagaimana kebanyakan tahanan lainnya yang telah mengalami hal buruk, meskipun ketika dia telah terbakar oleh api penindasan dan kerinduan pada keluarganya.

Nadia kabur dengan segera setelah dia meninggalkan penjara, bukan karena perasaan malu yang akan diterimanya karena sejumlah kejahatan yang dilakukannya, akan tetapi karena apa yang telah dialami olehnya dan wanita Iraq lain yang tertangkap, yaitu pemerkosaan dan penyiksaan yang dilakukan oleh tentara Amerika di penjara Abu Ghraib. Dinding penjara mengungkapkan banyak cerita tragis, namun apa yang dikisahkan Nadia merupakan kebenaran hidup dan sekaligus neraka hidup.

Nadia memulai ceritanya:

“Aku sedang mengunjungi salah seorang kerabatku, kemudian tiba-tiba tentara Amerika memasuki rumahnya dan mulai menggeledah rumah itu. Mereka menemukan beberapa senjata ringan. Maka merekapun menangkap semua orang yang berada di rumah itu termasuk aku. Aku mencoba menjelaskan pada penerjemah yang menyertai patroli Amerika bahwa aku hanyalah seorang pengunjung. Akan tetapi pembelaanku gagal. Aku kemudian menangis, memohon pada mereka, sampai hilang kesadaran karena takut ketika mereka membawaku ke penjara Abu Ghraib.

Nadia melanjutkan: “mereka menempatkanku sendirian di sebuah sel penjara yang gelap dan kotor. Aku berharap aku akan segera dibebaskan, utamanya setelah penyelidikan terbukti aku tidak melakukan kejahatan”.

Nadia menjelaskan sambil air matanya mengalir ke pipinya, sebuah pertanda betapa banyak dia telah mengalami penderitaan.

“Hari pertama sangat menyusahkan. Selnya berbau tidak sedap, lembab dan gelap, kondisi ini membuatku semakin lama semakin takut. Suara tertawa prajurit di luar sel semakin membuatku ketakutan. Aku khawatir akan apa yang menimpaku nanti. Untuk pertama kalinya aku merasa berada dalam cengkraman situasi yang sulit dan aku telah memasuki sebuah dunia yang tidak dikenal yang aku tidak akan pernah keluar darinya.

Ditengah beraneka ragamnya perasaanku saat itu, aku mendengar suara seorang tentara wanita Amerika berbicara dalam bahasa Arab. Dia berkata kepadaku: “Aku tidak mengira penjual senjata di Iraq adalah wanita.” Ketika aku mulai mencoba menjelaskan kepadanya kondisi yang sebenarnya, dia memukulku dengan kejam. Aku menangis dan berteriak “Demi Allah ! aku dianiaya, demi Allah ! aku dianiya”

Tentara wanita itu menghujaniku dengan cacian dengan cara yang belum pernah aku bayangkan bisa terjadi atau aku akan diperlakukan seperti itu dalam keadaan apapun selamanya. Kemudian dia mulai menertawakanku sambil mengatakan bahwa dia telah memonitorku sepanjang hari dengan satelit, dan bahwa mereka mampu melacak musuh-musuh mereka meskipun sedang berada di dalam kamar tidur mereka sendiri dengan teknologi Amerika.

Kemudian dia tertawa dan berkata,“Aku mengawasimu ketika kamu bercinta dengan suamimu.” Aku menjawab dengan suara kebingungan “Tapi aku belum menikah”.

Dia memukuliku selama lebih dari 1 jam dan dia memaksaku minum segelas air, yang kemudian kuketahui mereka memberi obat di air itu. Aku mendapatkan kembali kesadaranku setelah 2 hari dalam keadaan telanjang. Segera aku tahu jika aku telah kehilangan sesuatu yang hukum apapun di dunia tidak akan mampu mengembalikannya kepadaku lagi. Aku telah diperkosa. Aku kemudian histeris tak terkontrol, dan aku mulai memukulkan kepalaku dengan keras ke tembok sampai lebih dari lima tentara Amerika yang dikepalai tentara wanita itu memasuki sel dan mulai memukuliku, kemudian mereka memperkosaku bergantian sambil tertawa-tawa dan menperdengarkan musik dengan keras.

Hari demi hari skenario pemerkosaan terhadapku diulangi. Dan setiap hari mereka menemukan cara baru yang lebih kejam dibanding dengan yang sebelum-sebelumnya.”

Nadia mulai menjelaskan perbuatan mengerikan dari Amerika bajingan:

“Setelah sekitar satu bulan, seorang tentara negro memasuki selku dan melemparkan 2 potong pakaian militer Amerika kepadaku. Dalam bahasa Arab yang lemah dia mengatakan agar aku memakainya. Setelah dia menutup kepalaku dengan kantong hitam, dia menuntunku ke toilet umum yang ada pipa untuk air dingin dan panas, dan dia memintaku untuk mandi. Kemudian dia menutup pintu dan pergi.

Aku menjadi sangat lelah dan merasakan kesakitan, tanpa mempedulikan banyaknya memar di tubuhku aku menuangkang sejumlah air ke badanku. Sebelum aku selesai mandi, tentara negro tadi masuk ke dalam. Aku ketakutan dan memukul wajahnya dengan mangkok air. Namun dia sangat kuat, dia memperkosaku dengan kejam dan meludahi mukaku, kemudian dia pergi dan kembali lagi dengan 2 tentara yang membawaku kembali ke sel.

Perlakuan seperti itu terus berlanjut, yang paling parah kadang aku diperkosa sampai 10 kali dalam sehari, membuat kesehatanku sangat buruk.”

Nadia berlanjut mengungkapkan perbuatan Amerika yang mengerikan terhadap wanita-wanita Iraq, dia berkata:

“Setelah lebih dari 4 bulan, seorang tentara wanita datang, dan aku menyimpulkan dari percakapannya dengan tentara lainnya jika namanya adalah Mary. Dia berkata kepadaku “sekarang kamu memiliki kesempatan emas, karena seorang petugas yang memiliki posisi tinggi akan mengunjungi kita hari ini. Jika kamu menghadapinya dengan sikap yang positif kamu akan dibebaskan, terutama karena kami sekarang yakin kamu tidak bersalah.”

Aku menjawab,“Jika kalian yakin aku tidak bersalah, mengapa kalian tidak membebaskan aku?”

Dia menjerit dengan gelisah,“Satu-satunya yang menjamin terbebasnya kamu adalah sikap positifmu terhadap mereka.”

Dia membawaku ke toilet umum, dan dia mengawasiku mandi sambil membawa tongkat tebal untuk memukulku jika aku tidak melakukan perintahnya. Kemudian, dia memberiku make up, dan memperigatkanku untuk tidak menangis dan merusak make up ku. Lalu dia membawaku ke sebuah ruangan kosong yang di situ tidak ada apapun kecuali sebuah penutup lantai. Setelah satu jam dia datang dengan ditemani 4 tentara dengan memegang kamera. Dia melepas bajunya dan mulai menggangguku seoalah-olah dia adalah seorang lelaki. Tentara lainnya tertawa dan memperdengarkan musik yang ribut, mengambil photoku dalam berbagai pose, dan mereka menunjuk-nunjuk wajahku. Yang wanita menyuruhku tersenyum, jika tidak dia akan membunuhku. Dia mengambil pistol dari salah satu temannya dan menembakkan empat peluru di dekat kepalaku seraya bersumpah bahwa peluru yang kelima akan ditembakkan tepat di kepalaku.

Setelah itu, keempat tentara lainnya memperkosaku secara bergantian sampai aku kehilangan kesadaranku. Ketika kesadaranku pulih aku menemukan diriku di sel dengan bekas-bekas gigitan, kuku dan rokok ada di sekujur tubuhku.”

Nadia berhenti bercerita tentang tragedi yang menimpanya untuk menyeka air matanya, kemudian dia melanjutkan lagi: “Kemudian suatu hari Mary datang dan mengatakan kepadaku bahwa aku kooperatif dan akan dibebaskan setelah aku menonton film yang mereka rekam. Aku merasa sakit setelah menonton filmnya, dan Mary mengatakan,“Kamu telah diciptakan hanya untuk membuat kami bersenang-senang”. Saat itu aku menjadi sangat marah dan aku menyerangnya meskipun aku takut akan reaksinya, aku akan membunuhnya kalau saja tentara lain tidak turut campur. Ketika para tentara melepaskanku, Mary menghujaniku dengan pukulan, kemudian mereka meninggalkanku.

Setelah kejadian itu, tidak ada seorangpun yang menggangguku selama lebih dari satu bulan. Aku menghabiskan masa itu dengan beribadah dan berdoa pada Allah Ta’ala yang memiliki seluruh kekuatan untuk menolongku.

Mary datang dengan beberapa tentara yang memberiku pakaian yang kukenakan ketika mereka menangkapku dan membawaku ke sebuah mobil Amerika. Kemudian mereka melemparkanku di sebuah jalan raya setelah memberiku 10.000 dinar Iraq.

Aku pergi ke sebuah rumah yang berdekatan dengan tempat aku dibuang, dan untuk mengetahui reaksi keluargaku, aku memilih mengunjungi salah seorang kerabatku supaya mereka mengetahui apa yang telah menimpaku ketika menghilang. Aku mengetahui bahwa saudaraku telah memasang papan tanda duka untukku selama lebih dari 4 bulan, mereka menganggapku sebagai orang yang sudah mati.

Aku memahami jika tikaman malu sudah menungguku. Maka, aku pergi ke Baghdad dan menemukan sebuah keluarga yang baik yang menampungku, dan aku bekerja pada keluarga ini sebagai pembantu dan guru privat bagi anak-anaknya.

Nadia terheran dalam kesakitan, penyesalan dan kemarahan:

“Siapa yang akan memuaskan dahagaku? Siapa yang akan mengembalikan keperawananku? Apa salah keluarga dan familiku? Aku mengandung seorang bayi, bahkan akupun tidak tahu siapa ayahnya.”

Dan Nadia mengakhiri ceritanya sampai di sini.

Apakah Amerika hanya memperkosa Nadia ataukah mereka memperkosa seluruh pria dan wanita di Ummat Islam ? Nadia adalah saya dan anda, istrimu dan juga istriku, saudarimu dan juga saudariku, ibumu serta ibuku. Dimanakah para pembela kesucian Islam! Dimanakah para pembela Islam!

“Mungkin masih banyak kisah menyesakan dada, bagi kita ummat Islam. Mungkin masih ada Nadia-Nadia lain di dalam penjara penuh penjaga babi dan kera berbangsa Amerika. Dimanakah kalian, jikalau kalian tidak tersentuh dengan cerita saudari kita, marahkah kalian dengan perlakuan manusia-manusia yang lebih kotor dari binatang ternajis sekalipun, bahkan mungkin mereka menjadi yang paling hina di Dunia dan Akhirat. Bangunlah wahai ummat!! Tidur kalian sudah terlalu lelap!!”

Sumber: lahaonline.com

Walaupun kisah ini ramai telah mengetahuinya, namun sengaja dipaparkan kembali demi memperkukuhkan semangat juang wanita-wanita muslimah di luar sana, juga rijal-rijal yang ikhlas dalam perjuangannya.

Mereka di sana telah didatangkan ujian yang berat oleh Allah demi menguji keimanan mereka, ambillah pengiktibaran darinya!!!

Peringatan buat diriku

Sesuatu yang sukar untuk dikerjakan adalah beristiqamah terhadap sesuatu amal kebaikan. Dalam Al-Quran disebut oleh Allah mengenai istiqamah ini, begitu juga Rasulullah s.a.w memperkatakan mengenainya ketika mana diminta seorang sahabat agar memberi nasihat kepadanya. Sabda Rasulullah s.a.w "beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah dengannya". Ya sungguh sukar untuk terus beristiqamah di atas kebaikan. Contohnya solat berjemaah di masjid. Taktala iman penuh di dada dengan mudah diri melawan hawa nafsu seterusnya melangkahkan kaki ke masjid. Namun ketika menurunnya iman, ini yang menjadi masalah dan menjadi penyebab gagalnya kita melangkah ke masjid walaupun jarak masjid dari rumah sangatlah dekat.


Apabila demikian, kita sebenarnya memerlukan bantuan luaran sabagai penguat untuk membantu kita melawan nafsu jahat ini. Nafsu yang sentiasa menghasut kerana tidak mahu lihat kita solat berjemaah di masjid. Bantuan ini boleh kita dapati melalui:

= tinggal bersama-sama insan solih, yang kaki solat berjemaah dan paling utama mereka akan membantu ketika krisis keimanan menurun melanda.

Di sini jelas, dalam menjalankan tugas sebagai seorang muslim, kita sebenarnya tidak boleh berseorangan. Sebagai penjelasan mudah, jika kita berseorangan dan ketika itu kita ditewaskan godaan nafsu dan hasutan syaitan, tiada yang dapat membantu kita maka akibatnya kita melalaikan tanggugjawab sebagai seorang muslim. Sebaliknya kita perlu hidup dalam kelompok yang sentiasa mengamalkan ajaran Allah dan Rasul-Nya kerana di sana terdapatnya kekuatan.

= berada dalam kelompok tarbiah serta suasananya dan merelakan diri ditarbiah.

Kita lihat kembali sirah bagaimana Rasulullah s.a.w dan para sahabatnya menjalani kehidupan. Yang mana Rasulullah s.a.w sebagai pentarbiah dan para sahabat merelakan dirinya ditarbiah. Manakala Rasulullah s.a.w pula menerima tarbiah langsung daripa Allah s.w.t melalui malaikat-Nya Jibril a.s yang mana keseluruhan isi kandungan dan modul tarbiah semuanya terkandung dalam Al-Quran. Kesannya Rasulullah s.a.w menjadi semulia-mulia makhluk dan para sahabatnya mendapat faedah daripada tarbiah Rasul yang menjadikan mereka diredhai Allah s.w.t.

Kesimpulannya, pastikan diri berada dikalangan insan-insan solih dan meletakkan diri di dalam kelompok tarbiah dan suasananya dan paling penting relakan diri ditarbiah. Jangan dilupakan, tarbiah tersebut mestilah berpandukan ajaran Al-Quran dan sunnah Rasul-Nya, maka di sini kita merelakan diri ditarbiah. Jika sebaliknya, tiada ketaatan padanya kerana kaedah usul menyatakan "tidak ada ketaatan terhadap perkara-perkara maksiat". Semua ini perlu untuk kehidupan seorang muslim, lebih-lebih lagi bagi melahirkan insan-insan yang akan berjuang menegakkan agama Allah yang mulia ini.


Kematian (bhg 1)

Saat kematianku, bagaimana?

Alhamdulillah setinggi-tinggi kesyukuran dipanjatkan ke hadrat Ilahi kerana sudi memberi pinjam nyawa. Bila waktunya Allah s.w.t akan ambil kembali tidaklah diketahui. Begitu juga tidak diketahui dimana tempatnya kita berada ketika nyawa kita dicabut. Sungguh menakutkan apabila perkara ini difikirkan. Ini kerana penentuan balasan baik atau buruk yang akan diterima seseorang itu mengikut saat nyawa dicabut dari badan. Demikian sabda Rasulullah s.a.w dalam hadis shahih: (maksudnya)

sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya” (riwayat Bukhari dll)

Oleh sebab itulah seorang hamba yang soleh sentiasa merisaukannya. Dengan demikian mereka sentiasa melazimi kehidupan mereka dengan amalan soleh tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah s.w.t agar Allah s.w.t memberikannya kekekuatan untuk beristiqamah (berterusan) dalam amal solehnya sehinggalah saat dicabutnya nyawa. Ini bertepatan dengan saranan Allah s.w.t yang mewasiatkan kita semua supaya tidak mati melainkan dalam keadaan muslim. Firman-Nya: (bermaksud)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (surah Al-Imran, ayat 102)

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dalam sahihnya, dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash radhiallahu ‘anhu, dia mengatakan:

Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Sesungguhnya hati-hati keturunan anak Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya, kemudian beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berdoa: ”Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatan-Mu.”

Perhatikan! Betapa pentingnya kita mengambil berat soal ketika mana nyawa dicabut. Sehinggakan Rasulullah s.a.w berdoa supaya Allah s.w.t memalingkan hatinya kepada kebaikan. Sementara itu, penentuan saat-saat akhir kehidupan adalah mengikut amalan kebiasaan seseorang itu sehari-harian. Jika ia melazimi kehidupan dengan amal soleh, insyaAllah saat akhir kehidupannya juga akan baik. Jika sebaliknya, pasti kejelekan yang akan menimpanya. Sesungguhnya Allah s.w.t tidak akan menzalimi hamba-Nya walau sedikit.

Memerhatikan peri pentingnya perkara ini, dan keharusan kita mengambil berat akan soal kematian ini, maka saya menulis perkara ini sebagai pengingat untuk diri ini khususnya dan rakan pembaca umumnya. Baca seterusnya.

Apakah husnul khatimah?

Husnul khatimah adalah seseorang itu mati dalam keadaan baik. Iaitu sebelum daripada saat nyawanya dicabut, Allah s.w.t memberikannya taufik untuk menjauhi segala amalan-amalan yang mengundang kemurkaan-Nya. Dia bertaubat dari dosa dan maksiat yang dilakukan, serta bersemangat untuk melakukan ketaatan dan amalan soleh, sehingga akhirnya dia dimatikan dalam keadaan ini. Dalil yang menunjukkan makna ini iaitu hadis sahih dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah s.a.w bersabda: (maksudnya)

Apabila Allah mengkehendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah memanfaatkannya”. Para sahabat bertanya, “bagaimana Allah akan memanfaatkannya?” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjawab, “Allah akan memberikannya taufik untuk beramal soleh sebelum dia meninggal.” (hadis riwayat Ahmad, Tirmidzi dan dishahihkan al Hakim dalam Mustadrak)

Namun menjadi kesilapan dan angan-angan kosong jika seseorang terus bersenang-lenang dengan dosa dan maksiat yang dilakukan dengan mengharapkan Allah s.w.t akan mengurniakannya hidayah dan taufik-Nya di saat hampir kematiannya. Diperingatkan kepadanya akan kemurkaan Allah s.w.t, namun ia berpaling dan tetap dibuatnya segala maksiat lalu dilupakannya tanpa menyedari akan ia sebenarnya sedang menempah Neraka. Sebaliknya mengharapkan nasibnya akan berubah di saat hampir kematiannya. Mari perhatikan firman Allah s.w.t ini: (bermaksud)

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka, dan sungghupun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya” (surah Al-Kahfi, ayat 57)

Dalam hadis Rasulullah s.a.w mengingatkan kita dengan sabdanya: Dari Abu Hurairah r.a (maksudnya)

"Sesungguhnya orang mukmin, jika ia melakukan dosa maka (saat itu juga) akan tertitik satu titik hitam di hatinya, jika ia bertaubat dan menjaga (dirinya dari perbuatan dosa tersebut) dan memohon keampunan maka hatinya (kembali) bersih, jika ia menambahinya (dengan perbuatan dosa lagi) maka titik hitam itu bertambah pula di dalam hatinya. Selanjutnya itulah "ran" yang disebutkan dalam firman Allah s.w.t:

"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka” (surah Al-Muthaffifin, ayat 14)

(Hadits hasan, dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam, Kitab Az-Zuhd)

Jelas di sini, setiap dosa yang dilakukan akan menyebabkan hatinya bertambah dengan titik-titik hitam seterusnya gelap daripada menerima hidayah dan taufiq. Apabila demikian, ia akan berterusan melakukan dosa dan akhirnya mati dalam keadaan bergelumang dosa. Sungguh sangkaan mereka jauh meleset dari hakikat sebenar. Sebaliknya yang akan mereka perolehi adalah azab daripada Allah s.w.t. Firman-Nya: (bermaksud)

“Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat” (surah Al-Baqarah, ayat 7)

Apa tindakan kita?

Setelah kita fahami hakikat ini, semestinya kita mahu Allah s.w.t anugerahkan kita dengan husnul khatimah. Diantara yang disarankan adalah dengan kita melazimi dengan doa-doa tersebut.

هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

Hablii hukmaw wa al hiqniy bish shoolihiin

“(Ibrahim berdoa) Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang soleh” (surah As-Syu’ara, ayat 83)

اللهم اجعل خير عمري أخره و خير عملي خواتيمه و خير أيامي يوم لقائك

Allaahummaj’al khayra ‘umrii aakhirahu wa khayra ‘amalii khawaatiimahu wa khayra ayyaamii yawma lliqaa’ika

“Ya Allah jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungnya dan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan (jadikanlah) sebaik-baik hariku yaitu hari ketika aku bertemu dengan-Mu (di hari kiamat)” (hadis riwayat Ibnus Sunni)

اللهم اختم لنا بحسـن الخاتمة ولا تختم علينا بسـوء الخاتمة

Allaahummakhtimlana bihusnil khaatimah walaa takhtim ‘alaina bisuu il khaatimah

“Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan husnul-khatimah (akhir yang baik), dan jangan Kau akhiri hidup kami dengan suu-ul-khatimah (akhir yang buruk)”

Sama-samalah kita mengamalkan doa-doa ini, selain daripada kita lazimi diri dengan amal soleh. Mudah-mudahan kita semua berjaya mendapatkan husnul khatimah ini.


p/s: Saya akan panjangkan lagi penulisan ini di bawah tajuk:

*penyebab-penyebab husnul khatimah

*tanda-tanda husnul khatimah

Insya Allah…

Kematian adik Shafiah


Ramai telah mendahului dalam mengulas isu kematian kanak-kanak yang berusia 3 tahun di Kuala Kubu Bharu baru-baru ini. Saya juga terpanggil untuk berkongsi sesuatu dengan rakan pambaca dalah isu ini. Sungguh memeranjatkan apabila saya membaca berita tersebut. Terfikir bagaimanakah lelaki tersebut boleh bertindak sedemikian rupa. Namun saya tidak mahu menyertai mereka yang menghamburkan kemarahan dalam bentuk cacian dan celaan terhadap pembunuh. Rasanya tidak perlu saya nyatakan kenapa, tetapi cukuplah saya katakan saya tidak bersetuju dengan cara sedemikian, walaupun kadang-kadang tanpa disedari ianya terjadi juga tanpa kehendaki.

Seperti mana tulisan saya yang lepas di bawah tajuk “ujian emosiku”, saya telah nyatakan setiap daripada kita akan ditimpakan sesuatu oleh Allah s.w.t dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran dan sejauh mana tahap keimanan kita. Di sini jelas, lelaki tersebut juga ditimpakan ujian iaitu tahap kawalan emosi yang rendah. Namun demikian, secara asasnya faktor IMAN dan TAQWA sahaja yang mampu membuatkan seseorang itu mampu mengawal diri dan emosinya. Lihat sabda Rasulullah s.a.w: Dari Abu Hurairah r.a (maksudnya)

”Sesungguhnya Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Seorang penzina tidak akan berzina jika ketika itu dia berada di dalam keimanan. Seorang pencuri tidak akan mencuri jika ketika itu dia berada di dalam keimanan iaitu iman yang sempurna. Begitu juga seorang peminum arak tidak akan meminum arak jika ketika itu dia berada di dalam keimanan” (hadis riwayat Muslim, bab iman)

Lihat! Ketiga-tiga maksiat yang disebut di atas adalah tergolong daripada dosa-dosa besar. Kesemuanya tidak akan berlaku melainkan ketika itu imannya tiada bersamanya. Kata lain, ketika itu hatinya langsung tidak mengingati Allah s.w.t. Begitu juga yang berlaku kepada si pembunuh ini, membunuh juga tergolong daripada dosa-dosa besar. Tidak berlaku pembunuhan melainkan tiada iman dalam hati si pembunuh. Sebaliknya hatinya dikuasai oleh hawa nafsu dan hasutan syaitan.

Tiadalah yang diharapkan melainkan kembalinya iman ke dalam hati lelaki tersebut dan beratubat kepada Allah s.w.t. Jika sememangnya empunya diri tidak memberi tumpuan terhadap imannya, perlukah kita mengeji mencacinya? Salah empunya diri tidak mencari ilmu atau sang pendakwah yang terlepas pandang? Bukan niat ingin menuding jari meyalahkan sesiapa, tetapi sekadar persoalan untuk kita bermuhasabah. Khususnya buat para pendakwah di kawasan berlakunya kejadian.

Namun menjadi kesilapan untuk menyandarkan tugas ini di bahu para pendakwah sahaja. Apakah masyarakat biasa tidak boleh berdakwah? Sedarilah, setiap daripada kita yang mengucapakan kalimah “Tiada Tuhan yang layak disembah melainkan Allah, dan nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya” maka dia adalah seorang pendakwah. Setiap manusia yang digelar “muslimin”, maka ke atasnya terpikul satu tanggungjawab. Iaitu menyeru kepada kebaikan dan mencegah yang mungkar. Jika kita berbuat demikian, dengan ini digelarlah kita sebagai sebaik-baik umat oleh Allah s.w.t: (bermaksud)

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah..” (surah Al-Imran, ayat 110)

Sabda Rasulullah s.a.w: Hadis Abu Said r.a (maksudnya)

“Sesiapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka dia hendaklah menegah kemungkaran itu dengan tangannya iaitu kuasanya. Jika tidak mampu, hendaklah ditegah dengan lidahnya. Kemudian kalau tidak mampu juga, hendaklah ditegah dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman” (hadis riwayat Muslim, bab iman)

Sebaik-baik petunjuk adalah Al-Quran dan sunnah rasul-Na. Ambil dan amalkanlah dalam kehidupan. Janganlah rela melihat kejahatan serta maksiat berlaku tanpa teguran atau nasihat. Paling tidak dahulukan doa untuk mereka. Ketahuilah, jika Allah menurunkan azabnya, kesemuanya akan merasainya. Sanggupkah kita? Mari perhatikan peringatan yang diberikan Tuhan yang sayangkan hambanya yang terlalu lemah ini: (bermaksud)

“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus ditimpakan terhadap orang-orang yang zalim sahaja diantara kamu, dan ketahuilah bahawa Allah sangat keras siksaan-Nya” (surah Al-Anfal, ayat 25)

Blogger Templates by Blog Forum